courtesy: indonesiamelimpah.blogspot.com |
Solusi Negeri Rawan Bencana adalah Survivor Harus Siap Menjadi Relawan
Tidak bisa kita pungkiri negeri kita yang konon negeri yang kaya raya, sejahtera, tata-titi-tentrem, aman, gemah ripah loh jinawi, jamrud katulistiwa dan sebutan indah lainnya, selain itu juga memiliki sisi yang lain, yaitu; RAWAN BENCANA!
Mulai dari ancaman bencana alam seperti; banjir, gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, banjir bandang, tsunami, angin puting beliung, bahkan bencana sosial yang tidak kita ingin sesungguhnya tapi kenyataan negeri telah beberapa kali dihantam oleh berbagai bencana baik yang tidak dapat kita prediksi hingga yang sebenarnya bisa diperkirakan jauh-jauh hari, hanya kemudian seberapa pemerintah kita, pemimpin kita, masyarakat bahkan diri kita sendiri menyadari dan mau belajar dari pengalaman pahit itu.
courtesu: acehtraveller.web.id |
Berbagai respon dan tindakan dari masyarakat Indonesia secara umum ketika mengetahui ada bencana pada umumnya dalam pengamatan sederhana saya dapat terlihat fenomena yang mungkin saja terjadi ketika mengetahui ada berita bencana, diantaranya;
- ada yg cuek karena bukan daerah tempat tinggalnya atau bahkan bukan rumah dan dirinya yang menjadi korban
- ada yg simpathy, cukup mengucapkan belasungkawa, bersedih, miris dan hal serupa lainnya
- ada yg mengutuk karena bencan yang terjadi merupakan peringatan dari Tuhan bahkan merupakan azab
- ada yg empathy dan terus bergerak karena hati nuraninya tergugah untuk melakukan sesuatu
courtesy: seruni.com |
Sekedar catatan bagi saya pribadi, dalam pengamatan saya khusus untuk point di nomor 4c, fenomena ini yang paling banyak terjadi, apa yg ada dalam mind frame kelompok seperti ini biasanya; mereka yg tergerak hatinya kemudian akan mengupayakan untuk turut serta membantu namun biasanya kekurangan donasi sehingga harus turun ke jalan-jalan - lampu merah - pusat keramaian, setelah terkumpul sejumlah donasi maka akan diubah menjadi kebutuhan yg menurut mereka sangat dibutuhkan di lokasi bencana, maka tidak jauh-jauh dari; MAKANAN SIAP SAJI, MIE INSTANT DAN PAKAIAN LAYAK PAKAI.
Tapi apa jadinya jika ratusan komunitas bergerak dg model seperti ini??
Bisa jadi di gudang posko pengungsian bantuan berupa ini melimpah ruah, terlebih jika melihat dari media lokasi tertentu yg terkesan lebih parah, maka konsentrasi bantuan masyarakat akan menuju ke daerah itu. akhirnya kondisi seperti itu yg mungkin sekali terjadi.
pertanyaannya kemudian:
BISAKAH PARA SURVIVOR DAPAT MENIKMATI MAKANAN DAN SEGALA KEBUTUHAN YG MENUMPUK ITU SEMENTARA PERMASALAHAN PSIKOLOGIS MEREKA BELUM TERSENTUH???
Gak usah jauh-jauh deh, sekalipun saya makan di restoran termahal sekalipun bahkan ditraktir tapi kalau saya lagi stress apa bisa saya menelan makanan mahal terlezat itu??
Itu sebabnya harus ada yg bergerak dan mengambil celah yg belum dilakukan oleh kebanyakan relawan; "TRAUMA HEALING", misalnya! khususnya untuk anak-anak, karena jika kita membuat senang adik-adik survivor, biasanya orang tuanya pasti akan melihat anak-anaknya bermain, tersenyum, gembira kembali. "SATU PELURU DUA TARGET!"
Atau saya sangat terharu ada komunitas kecil di Jakarta yg menjadi relawan untuk membersihkan sisa lumpur di beberapa lokasi banjir dg membawa peralatan penyemprot air berkekuatan tinggi.
Traumahealing yang dilakukan oleh KSR PMI UPT UNTIRTA, KRB, FBN dan Rumah Dunia di Kampung Cibeureum, Kabupaten Tangerang |
SIAP MENJADI RELAWAN
Hampir seluruh daerah di negeri ini terancam dan sudah terkena dampak bencana, ribuan bahkan jutaan orang tiba-tiba menjadi pengungsi dari rumahnya sendiri, bertahan hidup dalam terpaan berbagai bencana; MENJADI SURVIVOR!
Jika hampir seluruh daerah ini terkena dan terancam dampak bencana maka semua orang di daerah masing-masing akan berkonsentrasi penuh menghadapi bencana dan menanggani bencana maka kemungkinannya tidak dapat mengandalkan kedatangan bantuan atau relawan dari daerah lain.
Solusi untuk menghadapi kondisi seperti maka bijak kiranya jika semua survivor harus siap menjadi relawan. Relawan bagi dirinya sendiri agar segera bangkit dari keterpurukan sehingga bisa menjadi relawan bagi keluarga utama yang harus dilindungi, sehingga jika dirasa keluarga sudah berada dalam kondisi aman dan cukup nyaman maka perlu bergerak pada level yang lebih luas lagi; relawan bagi daerahnya masing-masing
bahkan mungkin siap bergerak menuju daerah-daerah lain yang memerlukan keterlibatan diri kita dengan dibekali pengalaman dan ketahanan fisik-mental diri pribadi tentunya, agar tidak sampai terjadi hendak menjadi relawan justru terbalik menjadi korban.
Lalu bagaimana dengan yang memiliki hati nurani, ingin bergerak namun kondisi tidak memungkinan untuk dapat terlibat secara langsung terjun pada lokasi bencana?
Ada beberapa kemungkinan pilihan yang menjadi hak anda dalam setiap pilihannya;
- Anda bisa saja mendoakan para survivor yang tengah berada di daerah bencana, setidaknya tidak menambahkan penderitaan mereka dengan mencaci atau memberikan stigma bahwa sudah selayaknya mereka yang tertimpa bencana karena memang malas, menjauhi perintah Tuhan, tidak peduli lingkungan atau nada-nada miring lainnya karena mungkin anda belum pernah merasakan bagaimana susahnya hidup dalam lokasi bencana, mudah-mudahan tidak akan pernah merasakan kesusahan tersebut.
- Kalau saya pribadi, selemah-lemahnya kemampuan untuk turut terlibat paling tidak menyampaikan pada kawan-kawan mengenai peringatan ancaman bencana, informasi daerah-daerah lokasi bencana yang memerlukan bantuan, berjejaring dengan kawan-kawan, lembaga atau komunitas yang memang memiliki kemampuan di bidang kebencanaan. Gunakan social media yang banyak diakses oleh jutaan orang, siapa tahu ada orang berhati mulia di luar sana yang kebingungan akan turut menyumbangkan sesuatu bagi para survivor bencana.
- Menyisihkan sedikiti rejeki, menitipkan bantuan pada pihak yang dipercaya dan terjun langsung ke lokasi.
atau mungkin ada kemungkinan lain yang bisa kawan-kawan lakukan karena bukankah ada hak orang lain dari rejeki yang kita dapatkan?
Sumber : Commandant of KRB (Komunitas Relawan Banten), Koelit KetjilKoelit Ketjil